Kawasan Agropolitan Terpadu (KAT) Bomberay di Kabupaten Fakfak, Povinsi Papua Barat

Saat ini dan masa yang akan datang krisis pangan akan terus membayangi seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan meningkatnya pendapatan masyarakat. Bangsa Indonesia dengan segala potensi yang dimilikinya termasuk lahan dan iklim yang mendukung akankah mampu menghadapinya. Jika kita mencermati bahwa masih ada bahan pangan yang didatangkan (import) dari negara lain sedangkan di beberapa negara produsen bahan pangan sudah mulai mengurangi eksport bahkan ada negara yang sudah melarang eksport untuk kepentingan nasional mereka, kemudian masih banyak terjadinya konversi lahan subur pertanian ke non pertanian terutama di pulau Jawa, Bali dan Sulawesi, belum lagi situasi  perubahan iklim global dan bencana alam yang selama ini sudah mulai terasa efeknya, menggambarkan bahwa ancaman krisis pangan akan terasa lebih cepat menghadang. Ancaman krisis ini hendaknya mulai ditangani secara serius dalam hal pemenuhan kebutuhan pangan nasional dengan fokus kepada pengembangan kawasan-kawasan potensial yang dimiliki Indonesia.

Menurut Bupati Fakfak dalam sambutannya pada pembukaan seminar “Penyusunan Masterplan dan Siteplan Kawasan Agropolitan Terpadu Bomberay di Kabupaten Fakfak, Povinsi Papua Barat” di Jakarta, pendekatan pembangunan kawasan yang berbasis pada pengembangan pangan terpadu dari hulu ke hilir pada setiap Provinsi di Indonesia yang memiliki wilayah administrasi sangat luas dengan kondisi infrastruktur kurang memadai seharusnya dilakukan, sehingga terciptanya sistem produksi pangan nasional yang efektif, efisien, dan memiliki daya saing tinggi.

Pada acara seminar tersebut, Bupati Fakfak membeberkan secara gamblang beberapa potensi daerah yang dimilikinya termasuk kondisi iklimnya yang mirip dengan negara tetangga Australia serta mengajak kepada pemerintah pusat bersama pihak swasta dalam hal ini adalah investor untuk mengembangkan sebuah kawasan yang telah dipersiapkan dengan segala potensinya untuk menjadi suatu Kawasan Pengembangan Agropolitan Pangan Terpadu. Kawasan tersebut berada di distrik Bomberay. Fokus kawasan ini adalah pada sub sektor Peternakan dan Tanaman Pangan. Demi melindungi kepentingan nasional, maka harapannya melalui pengembangan kawasan Bomberay akan mendukung swasembada pangan (daging sapi dan beras) di Kabupaten Fakfak, Provinsi Papua Barat, Provinsi Papua hingga Kabupaten yang menjadi tetangga yang berada di Provinsi Maluku yaitu Kabupaten Maluku Tenggara.

Untuk mendorong percepatan pembangunan ekonomi di Kabupaten Fakfak perlu terobosan berupa pembangunan kawasan. Yang dimaksud dalam hal ini adalah Kawasan Agropolitan Terpadu (KAT). Tujuannya adalah mengembangkan kawasan produksi untuk menghasilkan komoditas unggulan tertentu dengan menganut prinsip efisiensi pengelolaan sumber daya. Untuk sub sektor peternakan, maka fokus kita saat ini sebagaimana yang telah dicanangkan oleh Pemerintah yaitu PSDS/K 2014 (Program Swasembada Daging Sapi/Kerbau Tahun 2014) adalah pemenuhan daging sapi secara mandiri. Tentunya yang kita harapkan adalah bagaimana menghasilkan ternak bakalan sapi yang baik dan daging sapi dengan kualitas tinggi. Menjadi “Dapur Nasional” terutama untuk wilayah Indonesia Bagian Timur adalah cita-cita yang harus kita wujudkan bersama.

Kabupaten Fakfak memiliki potensi sumber daya lahan seluas 544.160 Ha dan kekayaan laut Arafura. Distrik Bomberay memiliki lahan seluas 193.992 Ha yang terdiri dari padang rumput savana hingga 143.250 Ha. Menurut hasil tim kajian dari Institut Pertanian Bogor (IPB) menunjukkan bahwa untuk pengembangan kawasan di Bomberay lebih diarahkan untuk pertanian terpadu dengan komoditas utama adalah sapi yang didukung oleh ketersediaan padang rumput, pakan berbasis silase jagung, limbah tanaman pangan dan limbah agroindustri.   

Total kebutuhan biaya untuk pembangunan Kawasan Agropolitan Bomberay diperhitungkan sekitar Rp. 3,15 triliun dengan perencanaan pembangunan selama 5 tahun ke depan. Sumber dana yang dibutuhkan akan diperoleh dari sumber pembiayaan APBD, APBN dan investasi pihak swasta. Dalam mewujudkan pengambangan kawasan tersebut, penyediaan infrastruktur, SDM, lembaga pendukung, legalitas, teknologi, permodalan, pasar dan pemasaran merupakan syarat yang harus dipenuhi dalam pengembangan kawasan peternakan yang akan dibangun nantinya.

Berikut beberapa point yang berhasil kami himpun dari pertemuan tersebut :
1.   Bomberay tidak memiliki aktifitas pertambangan sehingga lebih aman dari konflik sosial.
2. Studi yang dilakukan oleh IPB sejatinya adalah bagaimana memeprtahankan kelestarian alam dan kelanjutan hidup ummat manusia.
3.   Trend positif yang bisa dijadikan pemicu semangat adalah bahwa Bapak Presiden akan melakukan kunjungan ke Provinsi Papua dan Papua Barat guna meresmikan satu pembangunan pabrik semen dan yang terkait dengan pembangunan dan pengembangan peternakan.
4.   Apa yang ditunjukkan oleh Bupati Fakfak kepada kita adalah suatu hal yang sangat positif. Beberapa dari kita bahkan mengatakan beliau sangat progressif.
5.   Posisi wilayah Bomberay sangat beruntung karena berada di dekat laut. Perlu dipahami bahwa sebelum investor masuk, sumber keluar dalam hal ini dermaga harus ada. Karena jika semua kegiatan      produksi dilakukan lewat udara maka akan sangat tidak efisien. Yang penting bagi investor adalah infrastuktur dan sumber energi yang mendukung kegiatan.
6.   Untuk tahun 2012, Pengembangan KAT di Bomberay membutuhkan dana hingga 300 milyar per tahun, sedangkan alokasi dana APBN tuk Provinsi Papua Barat tahun 2012 adalah hanya sebesar 55 milyar. Untuk itulah perlu dicarikan sumber dana lain yang berasal dari pihak swasta.
7.    Pengembangan sapi potong nantinya akan dikembangkan dengan konsep cluster-cluster dan ini akan menjadi kawasan khusus.

Kami megharapkan tanggapan saran dan masukan atas tulisan ini.
Sekian. Terimakasih



2 komentar:

  1. Potensi luar biasa. Saya akan bantu melalui pemberdayaan masyarakat petani

    BalasHapus
  2. bukankah potensi ternak babi dan perikanan lebih menjanjikan bukan...

    BalasHapus